Sabtu, 01 Maret 2014

Memuliakan Tuhan Dalam Bertingkah Laku

"kita tidak melayani (beribadah) Tuhan karena rasa bersalah atau kewajiban; tetapi karena sukacita, rasa syukur yang dalam untuk apa yng telah Ia lakukan untuk kita" 

Kutipan diatas merupakan kutipan dari salah satu buku Rick Warren, yang menginspirasi saya untuk menulis. Kita sering menyaksikan seseorang beribadah dengan taat tetapi dilain waktu orang itu melakukan hal kita pandang kurang berkenan dihadapan Tuhan. Sebagai contoh seorang yang rajin beribadah bahkan sebagai tokoh agama merangkap juga sebagai koruptor. Bahkan pengadaan Kitab Suci pun dikorupsi. 

Saya punya seorang teman yang ingin pindah kerja ke salah satu unit kerja, lalu saya mengingatkan dia bahwa di unit kerja tersebut setiap pagi selalu membaca Kitab Suci, maka saya berkata "kamu harus bisa baca Kitab Suci bila ingin pindah ke sana" lalu ia menjawab "ha... mereka membaca Kitab Suci hanya untuk menetralisir atas apa yang mereka kerjakan, ibarat nya minum air kelapa untuk menetralisir racun"

Suatu waktu saya pernah bekerja dengan seseorang yang melanggar aturan yaitu mengambil sebagian hak orang lain, lalu saya bertanya kenapa kamu melakukan itu?, dia menjawab "orang-orang itu dapat bantuan karena hasil kerja keras saya, sudah  sepantasnya saya memotong bantuan untuk mereka sebagai upah kerja keras saya. Ini Halal karena ini hasil keringat saya".

Kita mengaku sebagai orang beragama dan akan marah bila disebut orang sekuler. Namun jika kita menelisik lebih dalam ke hati kita "apa betul kita orang yang beragama dalam segala keadaan?" jangan-jangan kita masih memisahkan kehidupan kita antara waktu duniawi dengan waktu beribadah. Mungkin kita sering melakukan kegiatan duniawi dengan cara menghalalkan segala cara (yang penting rapi tidak ketauan orang lain), bahkan ketika kita tahu yang kita kerjakan adalah salah kita mencari-cari dalil agama untuk pembenaran atas tindakan kita. Disisi lain kita melakukan ibadah kepada Tuhan karena kewajiban, rasa takut, rasa bersalah atau untuk "menetralisir" dosa. Bila kita bertindak seperti itu maka akuilah kita sebagai orang sekuler.

Jika kita sering beribadah tetapi kita sering juga melakukan tindakan yang menyimpang atau melalukan tindakan yang menyimpang dan mencari pembenaran dengan mengutip dalil-dalil agama secara parsial. Maka jangan katakan kita sebagai orang yang mencintai agama kita, tetapi sesungguhnya kita telah menjadi batu sandungan bagi perkembangan agama kita. Kita telah menghancurkan agama kita sendiri tanpa kita sadari. Ingat orang lain melihat tingakah laku kita, jangan sampai orang yang sedang mencari/belajar kebenaran agama karena melihat kelakuan kita menjadi hilang kepercayaan kepada agama atau berpaling pada keyakinan lain. Lebih baik jadi orang bebal sekalian dari pada menjadi batu sandungan.

Beribadahlah karena rasa syukur kita kepada Tuhan, dan bersyukurlah kepada Tuhan setiap saat. Jalan mengikuti Tuhan bukan jalan yang mudah, jalan mengikuti Tuhan adalah jalan yang terjal dan berliku, pilihan untuk mengikuti Tuhan sangat berat dan pedih,  kita harus mempunyai komitmen yang kuat untuk tetap di jalanNya. Tuhan membuat jalan yang kita lalui  terjal, berliku, berat dan pedih adalah agar kita menjadi kuat dan dapat memuliakan namaNya dalam tingkahlaku kita sehari-hari. Jika kita telah terbisa melewati setiap cobaan dan godaan dengan tetap memegang komitmen terhadap Tuhan, maka Jalan kita akan terasa mudah karena Tuhan selalu bersama kita. Orang yang berkomitmen terhadap Tuhan tidak akan merasa takut jika kehilangan sesuatu yang bersifat duniawi, tetapi ia akan takut jika jauh dari Khadirat Tuhan.

Bersyukurlah selalu dengan cara memengang teguh komitmen kita terhadap Tuhan. Marilah kita belajar untuk berkomitmen terhadap Tuhan mulai dari hal-hal yang kecil. Upah dari Tuhan jauh lebih besar dari upah yang diberikan dunia.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar